WeLCoMe To 1'st Dewi's Blog

WelCome...!!! To My 1'st blog!!!


pendidikan

pendidikan
sangat menyedihkan ya... pendidikan di negara kita...so.. jangan pernah menyia-nyiakan pendidikan yang kita dapat, karena masih banyak di luar sana yang kurang mendapat pendidikan yang layak. semoga pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Kamis, 28 Mei 2009

Mozaik Teknologi Pendidikan


A. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

Melalui subtema “peningkatan mutu pendidikan” ingin dikaji berbagai cara Teknologi pendidikan menata dan mengelola kembali proses belajar mengajar yang terjadi di lembaga pendidikan. Dengan judul “media pembelajaran sebagai pilihan dalam strategi pembelajaran “, ingin dibahas pentingnya media dalam pembelajaran dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Media bukan alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai penyalur pesan dan fungsi-fungsinya yang lain.

1.Media Pembelajaran sebagai pilihan dalam strategi pembelajaran

a. Strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat di permudah (facilitated) pencapaiannya. Dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat di capai. Tujuan pembelajaran harus bersifat “behavioral” atau berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, dan “measurable” atau dapat diukur. Jadi strategi pembelajaran adalah keputusan instruktur dalam menetapkan berbagai kegiatan yang akan di laksanakan, sarana dan prasarana yang di gunakan, termasuk jenis media yang di gunakan dan metodologi yang di gunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dari sejarah singkat perkembangan media, maka dapat di sebutkan dua fungsi atau peran pokok media pendidikan (yang sekarang di sebut dengan media pembelajaran) yaitu:
1.fungsi AVA (Audiovisual Aids atau Teaching Aids) berfungsi untuk memberikan pengalaman yang konkret kepada siswa. Sama waktu anak-anak Eropa 17 mempelajari bahasa Latin yang abstrak sifatnya, maka pada saat sekarang pun, anak-anak juga mengalami hal yang sama bila guru hanya bermain dengan kata-kata saja dalam menyampaikan materi pelajaran.
2.Fungsi Komunikasi
Media berasal dari kata medium yang artinya “in between”. Jadi media berada di tengah (diantara dua hal ) yaitu yang menulis atau membuat media dan orang yang menerima media (audiense).

b. Kegunaan Media Komunikasi dalam Pembelajaran:
1.Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar.
2.memotivasi siswa.
3.menyajikan informasi.
4.merangsang diskusi.
5.mengarahkan kegiatan siswa.
6.melaksanakan latihan dan ulangan.
7.menguatkan belajar.
8.memberikan pengalaman simulasi.

2.Penerapan Konsep dan Prinsip Pembelajaran Kontekstual dan Desain Pesan Dalam Pengembangan Pembelajaran dan Bahan Ajar.

Penerapan pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan
pembelajaran yang di mediakan (mediated instruction). Bahan ajar berupa
media cetak atau tertulis adalah contoh bahan pembelajaran yang dimediakan.
a. Konsep dan Prinsip Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Pesan Pembelajaran
Masalah – masalah pembelajaran yang melatarbelakangi diperkenalkannya konsep pembelajaran kontekstual adalah bahwa sebagian besar siswa “tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari”.
Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kontekstual :
1.Keterkaitan relevansi (relating)
2.Pengalaman Langsung (Experiencing)
3.Aplikasi (Applying)
4.Kerja Sama (Cooperating)
5.Alih Pengetahuan (Transferring)
b. Prinsip-prinsip Desain pesan Pembelajaran
Menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pendidikan dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat, teknik dan dalam lingkungan tertentu (Gafur, 1986,p.5)
1.Kesiapan dan motivasi (readiness dan motivation)
2.penggunaan alat pemusat perhatian (attention directing devices)
3.partisipasi aktif siswa (student’s active participation)
4.perulangan (repetition)
5.umpan balik (feedback)
c. Pengintegrasian Konsep Pembelajaran Kontekstual dan Prinsip Desain Pesan kedalam Pembelajaran dan Bahan Ajar.
Konsep, prinsip dan strategi pembelajaran kontekstual dan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran perlu diintegrasikan dan diterapkan kedalam setiap komponen strategi pembelajaran yang relevan.
Berikut komponen pokok strategi pembelajaran.
1.Kegiatan pembelajaran pendahuluan. (pre-instructional activities)
2.Penyampaian materi pembelajaran (presenting instruction materials)
3.memancing kinerja siswa ( eleciting performance)
4.pemberian umpan balik (providing feedback)
5.kegiatan tindak lanjut (follow-up activities)

Bagan 1: Pengintegrasian prinsip pembelajaran kontekstual dan desain pesan kedalam pengembangan pembelajaran dan bahan ajar.

Sistematika modul / bahan pembelajaran
Pendahuluan
Berisi uraian singkat tentang
Cakupan Deskripsi Materi keterkaitan / manfaat bagi siswa
Tujuan Pembelajaran Khusus urutan bahasan (kegiatan belajar)
Perilaku awal (jika ada)


Petunjuk belajar

Penyajian materi pembelajaran berisi sajian uraian materi, contoh, perulangan dan rangkuman yang bersifat interaktif.

3.Manajemen Penelitian Di Perguruan Tinggi
Kegiatan-kegiatan penelitian yang menjadi landasan pengembangan ilmu dan teknologi, banyak yang bermula dari lembaga-lembaga penelitian yang berkaitan dengan lembaga pendidikan tinggi. Hal ini wajar, karena penelitian itu sejak semula telah menjadi satu dari tridharma atau fungsi utama perguruan tinggi. Fungsi penelitian itu dipandang sebagai tulang punggung reputasi dan kridensial suatu lembaga pendidikan tinggi, apakah berbentuk universitas, institut maupun sekolah tinggi.hasil-hasil penelitian dikomunikasikan melalui kegiatan kegiatan pendidikan dan pengajaran, seminar dan diskusi rasional. Baik yang di selenggarakan khusus maupun masyarakat umum.
a. Ragam Progam Penelitian.
Penanaman program penelitian berbeda karena perbedaan penekanan dari kegiatan penelitian. Ada yang membuat klasifikasi berdasarkan tujuan dan kegiatan penelitian di golongkan dalam:
a.penelitian untuk menjelaskan fenomena
b.penelitian untuk membuat prediksi
c.penelitian untuk mengendalikan sesuatu
adapula yang membuat klasifikasi berdasarkan pendekatan yang di gunakan, dan menggolongkan penelitian dalam:
a.penelitian eksploratif
b.penelitian deskriptif
c.penelitian eksperimen
d.penelitian historis
selain itu ada yang membagi penelitian atas:
a.penelitian kepustakaan
b.penelitian lapangan
c.penelitian laboratorium
penelitian berdasarkan sifat pekerjaan dan disiplin ilmu:
a.penelitian dasar, penelitian untuk pengembangan pengetahuan ilmiah.
b.penelitian terapan, penelitian yang menerapkan teori-teori ilmiah untuk menghasilkan baik peralatan, prinsip-prinsip, metode-metode pemecahan masalah-masalah praktis, dan sebagainya.
b. Keperluan Manajemen Penelitian
Manajemen penelitian bertalian dengan :
a.program-program penelitian
b.sumber-sumber daya
c.pelaksanaan program-program penelitian
d.seminar dan diskusi nasional dan
e.publikasi hasil-hasil penelitian.
Perencanaan program-program penelitian hendaklah memperhatikan tujuan-tujuan yang hendak di capai, tenaga-tenaga peneliti, sarana dan dana yang tersedia atau yang dapat di sediakan.

c. Keperluan lembaga pengelola kegiatan penelitian
Manajemen penelitian dilaksanakan oleh sebuah lembaga atau organisasi. Pada tingkat fakultas/sekolah tinggi organisasi penelitian disebut pusat penelitian yang mungkin mempunyai beberapa bagian penelitian atau program penelitian.
Tugas utama dari Pusat Penelitian di sebuah sekolah tinggi adalah melaksanakan kepemimpinan dalam penelitian dengan memotivasi tenaga peneliti dan dosen-dosen agar mereka giat dan sungguh-sungguh melakukan penelitian. Bertalian dengan itu yang perlu dilakukan adalah:
a.Program penelitian.
b.Dana penelitian
c.Penilaian research proposal dan laporan hasil penelitian.
d.Pemantauan kegiatan penelitian
e.Penilaian laporan hasil penelitian
f.Laporan hasil penelitian yang akan diseminarkan
g.Kegiatan-kegiatan penelitian dimasukkan pula dalam anggaran pendapatan dan belanja tahunan.
h.Pengembangan dan peningkatan kemampuan meneliti dosen-dosen dan tenaga meneliti
i.Pengadaan prasarana dan sarana perlu di masukkan dalam APB Tahunan Perguruan Tinggi.
j.Deskripsi pekerjaan dan analisis tugas-tugas pusat penelitian perlu diadakan atau disiapkan.
k.Penyiapan makalah kerja yang akan di sajikan dalam forum seminar dan diskusi rasional.
l.Penerbitan hasil-hasil penelitian.
m.Pengendalian mutu
n.Kerjasama antara lembaga.
d. Format Usulan Penelitian
a.judul penelitian
b.perumusan masalah penelitian
c.kerangka teori
d.tujuan dan manfaat penelitian
e.desain (prosedur) penelitian.
f.Jadwal kegiatan penelitian.
g.Anggaran penelitian.
h.Kelompok peneliti.
i.Daftar pustaka.
e. Format Laporan Penelitian.
a.halaman muka (luar).
b.Halaman daftar isi, halaman daftar tabel dan gambar.
c.Bagian isi
d.Bagian penutup
f. Penilaian Usulan Penelitian.
Unsur – unsur yang di nilai dari usulan penelitian mencakup : judul, tema, perumusan masalah pokok penelitian, identifikasi parameter atau variabel, konseptualisasi hubungan variabel-variabel, operasionalisasi terma-terma teoritis, hipotesis-hipotesis, penting atau tidak terma tersebut diteliti, orisinalitas terma dan masalah pokok penelitian, populasi dan sampel, unit-unit analisis, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

g. Penilaian Laporan Penelitian
Penilaian laporan penelitian hasil penelitian ditekankan pada apakah hasil penelitian itu menyajikan fakta-fakta baru yang dapat mengubah teori –teori yang telah ada berkenaan dengan masalah yang di teliti dalam disiplin ilmu terkait

4. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence (mi) untuk Pencapaian Kompetensi dalam pembelajaran.
a. Konsep Multiple Intelligence (MI)
Multiple Intelligence (MI) lahir sebagai koreksi terhadap konsep kecerdasan yang dikembangkan oleh alfed binet (1904). Karena menurut gardner kecerdasan yang dikembangkan oleh Alfed Binet tersebut belum mewakili kecerdasan seseorang sepenuhnya, Seperti:
a.kecerdasan linguistik
b.kecerdasan matematis logis
c.kecerdasan spasial
d.kecerdasan kinestetik-jasmani
e.kecerdasan musikal
f.kecerdasan interpersonal
g.kecerdasan intrapersonal
h.kecerdasan naturalis
b.Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengorganisasikan komponen-komponen pembelajaran yang di butuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran (hasil belajar).
Dalam pembelajaran di sekolah, strategi pembelajaran pada umumnya di rancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran yang di kelolanya. Sesungguhnya pendekatan ini sudah baik, bila dilakukan secara benar dan konsisten.
Menurut Conny Setiawan (2002), strategi pembelajaran yang hanya berupaya menghabiskan materi pelajaran kurang memberikan makna bagi siswa. Oleh karena itu pendekatan yang sudah ada selama ini perlu dikembangkan lebih lanjut, agar peristiwa pembelajaran mampu memberikan makna bagi siswa yang belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan efektif, bila saja SDM mampu mengaitkan setiap materi yang diajarkannya dengan kehidupan siswa sehari-hari.
c.Strategi Pembelajaran Multiple Intelligense (mi)
Strategi Pembelajaran MI pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang di miliki setiap individu (siswa) untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum.
Strategi Pembelajaran MI pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Dengan demikian penggunaan strategi pembelajaran MI tetap berada pada posisi yang selalu menguntungkan bagi siswa yang menggunakannya.
d. Kurikulum Berbasis Kompetensi
KBK adalah suatu upaya mengingatkan para pengajar dalam hal ini para guru, agar dalam proses pembelajaran yang dilakukannya tidak berorientasi pada upaya-upaya pencapaian pengetahuan semata. Tetapi harus pula mampu membuktikan bahwa setiap materi yang di ajarkan kepada siswa bermakna untuk kehidupan sehari-hari. KBK adalah suatu pendekatan yang sangat baik untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena KBK tidak berorientasi pada kuantitas materi, melainkan lebih berfokus pada kualitas materi yang diperoleh siswa.
e. Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences (MI)
a. memberdayakan semua jenis kecerdasan pada setiap mata pelajaran.
b. mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa.

1. Pendayagunaan Teknologi Pendidikan di Negara Tetangga
Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara, baik dilihat dari jumlah penduduk, suku bangsa dan bahasa, pulau-pulau, maupun luas wilayah geografisnya. Dengan kondisi seperti itu skala dan kompleksitas permasalahan mutu dan pemerataan pendidikan yang kita hadapi jelas lebih besar dibandingkan dengan negara-negara tetangga tersebut. Teknologi komunikasi dan informasi pendidikan sudah seharusnya kita menfaatkan untuk membantu pembangunan pendidikan di negara yang begitu luas. Namun apakah teknologi komunikasi dan informasi pendidikan dapat membantu kita memecahkan masalah pendidikan.
a. Masalah Umum Pendidikan
Semua negara di Asia Tenggara, terlepas dari tingkat perkembangan ekonominya, menempatkan pendidikan sebagai faktor kunci dalam pembangunan bangsa dan negaranya. Dua masalah pokok yang pada umumnya mereka hadapi adalah peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar.
Pendayagunaan Teknologi Pendidikan ataupun istilah yang mereka gunakan : Teknologi untuk Pendidikan, Teknologi Informasi atau Teknologi Komunikasi dan Informasi diyakini sebagai salah satu cara strategis mengatasi masalah tersebut.kesamaan masalah yang dihadapi ini melatarbelakangi ditandatanganinya Deklarasi SEAMEO Regional Cooperation on Quality and Equity in Education pada SEAMEO Council Conference bulan maret 2002 yang lalu di Chiang Mai, Thailand oleh sepuluh Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara.

b. Pengalaman Negara Tetangga.
a. Myanmar
Myanmar adalah dengan wilayah daratan terluas (678.000 km²) di Asia Tenggara, setelah Indonesia.Pemerintah percaya bahwa pendidikan mampu membawa Myanmar menjadi bangsa yang maju dan modern. Pendayagunaan teknologi ditempatkan sebagai salah satu dari 6 kawasan utama Rencana Jangka Panjang 30 Tahun Pendidikan mereka (2001/2002-2030-2031) untuk meningkatkan pelayanan maupun akses kepengetahuan bagi seluruh warganya terlepas dari usia, latar belakang pengalaman dan pendidikan mereka. Untuk itu investasi telah dilakukan besar-besaran agar bisa:
Mempromosikan teknologi komunikasi dan informasi bukan saja sebagai teknologi pengajaran tetapi juga sebagai teknologi belajar.
Meningkatkan keterampilan elektronik dan teknologi komunikasi dan informasi semua warga belajar di perguruan tinggi; dan
Mengajarkan teknologi mikro sejak tingkat sarjana muda dan memprioritaskan penelitian yang berkaitan dengannya.
Sejak 1 januari 2001 Myanmar juga telah merintis e-ducation untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih luas dan lebih efektif. Visinya adalah untuk membantu penciptaan bangsa bangsa yang berkembang, modern, dan tenteram damai serta membentuk suatu masyarakat belajar yang mampu menjawab tantangan abad pengetahuan.
b. Singapura
Singapura relatif lebih maju dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara dalam pendayagunaan teknologi informasi. Misi Departemen Pendidikan Singapura adalah menciptakan masa depan bangsa karena dengan membentuk manusia yang akan menentukan masa depan bangsanya Departemen Pendidikan memberikan pendidikan yang berimbang dan paripurna, mengembangkan setiap anak dan individu ke potensi mereka yang maksimal dan membimbing mereka menjadi warga negara yang baik, sadar akan tanggung jawab mereka kepada keluarga, masyrakat dan negaranya.
Rencana induk pendayagunaan teknologi informasi di pendidikan telah mereka susun. Rencana ini merupakan cetak biru bagi pemanfaatan teknologi informasi di sekolah-sekolah yang memberikan akses ke lingkungan sekolah yang diperkaya dengan teknologi informasi kepada setiap anak. Teknologi informasi digunakan untuk membekali generasi muda dengan kemampuan belajar, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan berkomunikasi yang diyakini sangat strategis dalam menyiapkan tenaga kerja yang unggul untuk masa depan.

c. Vietnam
Pemerintah Vietnam telah bertekad untuk mencapai tujuan jangka panjangnya, mewujudkan Vietnam sebagai negara industri pada tahun 2020. untuk itu pendidikan dan pelatihan menjadi prioritas utama dalam agenda nasional mereka karena diyakini bahwa pendidikan dan pelatihan disamping ilmu dan teknologi merupakan faktor kunci pembangunan ekonomi dan masyarakat Vietnam.
Kerangka pembangunan masyarakat dan ekonomi Vietnam memberikan peranan strategis pada teknologi komunikasi dan informasi (ICT) dalam mempercepat peralihan Vietnam menjadi masyarakat berbasis pengetahuan dan mengantarkan negeri ini memasuki ekonomi global. Beberapa kebijakan strategis telah diambil sejak beberapa tahun terakhir ini untuk mencapai target dan tujuan teknologi komunikasi dan informasi selama periode 2001-2010. arah kebijakan (policy directive) nomor 58 adalah salah satu dokumen penting yang dikeluarkan oleh Partai Komunis Vietnam (CVP) bulan Oktober 2000 yang lalu. Dokumen ini memberikan rujukan kebijakan resmi pemerintah untuk merencanakan dan melaksanakan program-program yang mengarah pada pencapaian tujuan pengembangan dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi berikut:
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penggunaan dan pengembangan teknologi komunikasi dan informasi untuk menunjang modernisasi.
Menjamin digunakannya secara meluas dan efisien teknologi komunikasi dan informasi di semua sektor.
Mengembangkan jaringan informasi nasional untuk mencapai tingkatan global baik dalam hal cakupan, mutu maupun biaya;
Mengembangkan sumber daya manusia untuk menunjang pengembangan dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi; serta
Mengembangkan industri teknologi komunikasi dan informasi sebagai ujung tombak sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan GDP.

d. Filipina
Pendidikan sejak lama dipandang sebagai unsur kunci pembangunan bangsa dan negara di Filipina, karena akan menghasilkan tenaga kerja yang mempu berpikir dan terampil yang akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi negaranya.kerja sama antar departemen dilakukan di Filipina untuk menggalakkan penggunaan teknologi di pendidikan. Departemen Perdagangan dan Industri misalnya, telah menjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan dalam proyek komputerisasi yang mereka sebut PCs for Public Schools. Kerja sama serupa di tingkat provinsi dan sekolah juga dilakukan antara Departemen Pendidikan dan Departemen Science dan Teknologi.
Menyadari pentingnya sumber daya manusia dalam pendayagunaan teknologi, Departemen pendidikan Filipina telah melaksanakan berbagai program pelatihan bagi tenaga pendidikannya. Dari sekitar 4500 sekolah Lanjutan Negeri 986 sekolah telah mendapatkan pelatihan. Sampai akhir 2003 lalu 56.4% Sekolah Lanjutan Negeri telah memiliki paling tidak satu komputer. Diperkirakan pada akhir 2005 75% sekolah negeri akan memiliki komputer. Bila sasaran ini tercapai perhatian akan dialihkan ke sekolah dasar.
e. Brunei Darussalam
Brunei, sebagai negara terkecil dalam jumlah penduduknya tak ketinggalan pula dalam mendayagunakan teknologi untuk pendidikan. Pemerintah telah menggariskan kebijakannya untuk memberikan pendidikan yang bermutu untuk seluruh warga negaranya. Tantangan yang dihadapi pemerintah brunei adalah bagaimana menghasilkan orang brunei yang dapat berperan dalam kehidupan masyarakat yang makin berorientasi pada teknologi canggih tanpa kehilangan identitas Melayu dan Islamnya.
Pada tahun 1999 Pemerintah Brunei mengambil prakarsa dalam mengintegrasikan pendayagunaan ICT dalam berbagai pelajaran terutama untuk membuat jenjang SD melek komputer melalui Project ICT for Government Primary Schools. Dari 8 kebijakan pendidikan, pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi pendidikan digarisbawahi untuk memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan perlu dalam menghadapi dunia kerja yang terus menerus berubah.

f.Thailand
kerangka kerja pembangunan pendidikan di Thailand didasarkan atas Undang-Undang Kerajaan 1997 dan Undang-Undang Pendidikan Nasional 1999 yang memberikan prinsip - prinsip dan arahan bagi pembangunan pendidikan agar mampu menyiapkan semua orang Thai memasuki masyarakat belajar di lingkungan ekonomi yang berbasis pengetahuan.
Dalam Undang-Undang Pendidikan mereka Thailand secara tegas menggariskan kebijakan pendayagunaan teknologi untuk pendidikan. Jadi baik dalam Undang-Undang Kerajaan Thailand maupun Undang-Undang Pendidikan mereka jelas digariskan tentang pemanfaatan teknologi untuk pendidikan. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut beberapa langkah berikut akan dan telah di ambil:
d.pembentukan lembaga yang menangani siaran ;
e.pengembanagn kebijakan dan rencana kerja;
f.pengembangan infrastruktur dan sistem;
g.pengembangan bahan-bahan dan teknologi lainnya; serta
h.pengembangan ketenagaan dan warga belajarnya.

G. Malaysia
Malaysia merasakan bahwa pendidikan telah memberikan platform yang kokoh yang memungkinnya menjadi salah satu negara yang ekonominya berkembang secara pesat di Asia Timur. Dalam dekade terakhir abad 20 (1990-2000) pemerintah Malaysia telah menyadari bahwa mereka tak mungkin lagi melaksanakan pembangunan bangsa dan negaranya terisolasi dari perkembangan teknologi dunia. Menyadari pentingnya teknologi bagi percaturan global Malaysia mengambil langkah-langkah agresif dan terencana baik dalam pemanfaatan teknologi (ICT). Departemen Pendidikan dengan tegas menggariskan bahwa ICT hanyalah alat, bukan tujuan. Lalu untuk mewujudkan misi 2020 Malaysia membentu Multimedia Super Corridor (MSC), Sejalan dengan visi 2020 tersebut ada 6 aplikasi flagship MSC mulai diluncurkan pada tahun 1997.

c. Pelajaran Dari Negara Tetangga
Dari uraian tersebut dapat kita lihat bahwa negara tetangga kita, tak ada kecualinya, berusaha meningkatkan mutu masyarakat dan bangsanya memasuki era persaingan global melalui pendidikan. Pelajaran yang dapat kita petik dari negara-negara tetangga tersebut adalah:
1.terlepas dari perkembangan ekonominya semua negara tetangga kita berusaha mendayagunakan teknologi pendidikan untuk meningkatkan mutu serta memperluas kesempatan belajar. Apapun teknologi yang dipakai, sistem pendidikan yang terencana serta responsif akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi upaya pendayagunaan teknologi untuk pendidikan tersebut.
2.diperlukan dukungan dan kemauan politis yang kuat dari pemerintah untuk menggariskan secara jelas dan tegas kebijakan pendayagunaan teknologi untuk menunjang pembangunan pendidikan.
3. pendayagunaan teknologi pendidikan bukan semata-mata tanggungjawab Departemen Pendidikan dan seluruh jajarannya. Tetapi juga departemen lain dan sektor swasta. Kebijakan teknologi dalam pendidikan hendaknya menjadi bagian integral dari kebijakan nasional ICT.
4.Ada kecenderungan teknologi mendahului pendidikan. Teknologi seringkali digunakan hanya karena teknologi ada dan tersedia bukan karena kita memerlukannya. Pendayagunaan teknologi untuk menunjang hendaklah dikemudikan dan di arahkan oleh para pendidik, bukannya oleh teknologi itu sendiri (technology driven).
5.keberhasilan pendayagunaan teknologi bukan terletak pada seberapa canggihnya peralatan teknologi yang dipakai. Tetapi lebih banyak pada manusia (guru, kepala sekolah, pengawas, pengembang dan produser bahan belajar berbasis teknologi, siswa, dan warga belajar lainnya.) yang mengembangkan dan menggunakannya.
6.pendayagunaan teknologi untuk pendidikan memerlukan dukungan infrastruktur fisik dan teknologis. Kita lihat pula dari paparan diatas bagaimana negara-negara tetangga kita berusaha memenuhi tuntutan kebutuhan ini.
7.diperlukan agen-egen perubahan di setiap jenjang, mulai dari Departemen, Kantor Dinas, hingga ke sekolah (kepala sekolah dan guru), yang yakin akan pentingnya program pendayagunaan teknologi dan mampu serta mau menggunakan teknologi untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar dan pendidikan pada umumnya.
8.untuk memasyarakatkan pendayagunaan teknologi pendidikan di tingkat pelaksana di lapangan di perlukan petunjuk yang jelas namun tidak menggurui dari Departemen Pendidikan bagi sekolah-sekolah dalam hal bagaimana mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum dan proses belajar-mengajar.
9.penggunaan teknologi yang terintegrasikan dalam proses belajar-mengajar memerlukan perubahan pendekatan pembelajaran yang sering kali tidak mudah untuk dilakukan.
10.dalam tingkatan mikro keterlibatan orang tua serta masyarakat pada umumnya sangat membantu menjembatani serta memperkuat hubungan antara sekolah dan rumah.

d. Teknologi Kinerja dan Proses Belajar

persepsi dan Belajar
proses belajar tanpa memperhatikan siapa yang belajar, materi, lokasi, jenjang pendidikan atau usia pembelajar selalu dipengaruhi oleh persepsi peserta didik. Tujuan belajar sebenarnya adalah mengembangkan persepsi kemudian mewujudkannya menjadi kemampuan-kemampuan yang tercermin dalam cara berpikir (kognitif), bekerja motorik, serta bersikap.

Pengertian Persepsi
1.Konsep Dasar Persepsi
Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi pada setiap kesempatan, di sengaja atau tidak. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya, persepsi dapat memengaruhi cara berpikir, bekerja serta bersikap pada diri seseorang.
2. Persepsi Visual.
Persepsi visual sangat berperan karena proses ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengikuti, menyadari, menyerap arti atau makna dari tampilan visual di sekitarnya secara selektif. Persepsi visual merupakan kemampuan seseorang untuk “menggambarkan” (to visualize) sesuatu dalam pikirannya.bagi Heinich,et al, 1999, peran visual sangat penting dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai acuan pemikiran. Peran penyajian secara visual dapat menyederhanakan informasi, serta “mengulang” informasi untuk mendukung penjelasan verbal.
3. Prinsip Dasar Persepsi
Beberapa prinsip dasar persepsi yang penting diketahui yaitu (fleming & Levie, 1978):
Persepsi bersifat relatif
Prinsip relatif menyatakan bahwa setiap orang akan memberikan persepsi yang berbeda, sehingga pandangan terhadap sesuatu hal sangat tergantung dari siapa yang melakukan persepsi.
Persepsi bersifat sangat selektif
Prinsip kedua menyatakan bahwa persepsi tergantung pada pilihan, minat, kegunaan, kesesuaian bagi seseorang.
Persepsi dapat di atur
Persepsi perlu diatur atau ditata agar orang lebih mudah mencerna lingkungan atau stimulus.
Persepsi bersifat subjektif
Persepsi seseorang dipengaruhi oleh harapan atau keinginan tersebut. Pengertian ini menunjukkan bahwa persepsi sebenarnya bersifat subjektif.
Persepsi seseorang/ kelompok bervariasi, walaupun mereka berada dalam situasi yang sama.
Prinsip ini berkaitan dengan perbedaan karakteristik individu.
4. Peranan Persepsi
Persepsi dalam belajar berpengaruh terhadap:
1.daya ingat
2.pembentukan konsep
3.pembinaan sikap.

2. Organisasi Belajar: Redefinisi dan Implementasinya dalam Manajemen
Menjawab tantangan persaingan bisnis dalam era globalisasi dan liberalisasi, setiap perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif yang didukung intelegensi organisasi untuk mengelola pengetahuan melalui proses belajar berkelanjutan.
Sejak diperkenalkan tahun 1990-an, organisasi belajar berperan membekali organisasi perusahaan dengan basis pengetahuan dalam rangka memenangkan persaingan. Organisasi belajar sangat diperlukan perusahaan terutama dalam menghadapi perubahan lingkungan yang sangat cepat
a.Definisi dan Karakteristik Organisasi Belajar
Peter Sange mengemukakan definisi Organisasi Belajar sebagai suatu disiplin untuk mengembangkan potensi kapabilitas individu dalam organisasi yang dikenal dalam the Fifth Dicipline sebagai berikut:
1.berpikir sistem (system Thinking)
2.Pola Mental (Mental Models)
3.Visi Bersama (Shared Visison)
4.Belajar Beregu (Team Learning)
Karakteristik organisasi belajar memiliki peranti-peranti yang berbeda dengan organisasi tradisional yang bukan belajar seperti dibawah ini:
Karakteristik Organisasi Belajar

Karakteristik
Organisasi Tradisional
Organisasi Belajar
Siapa yang belajar?
Para manajer/karyawan yang ditunjuk
Seluruh manajer/ karyawan dari semua unit kerja.
Siapa yang mengajar?
Pelatih / nara sumber dari luar
Atasan langsung, pelatih, dan narasumber
Siapa yang bertanggung jawab?
Departemen Diklat
Setiap menejer/karyawan
Peranti belajar yang digunakan?
Kursus, magang, pelatihan formal, bimbingan rencana pelatihan
Kursus, magang, rencana belajar, tim, mitra kerja, ukuran kinerja, refleksi pribadi
Kapan belajar?
Ketika dibutuhkan, saat orientasi atau sesuai kebutuhan
Sepanjang hayat, untuk jangka panjang
Kompetensi apa yang dipelajari?
Teknik
Teknis dan manajerial, hubungan pribadi, bagaimana belajar
Dimana belajar?
Ruang kelas, tempat kerja
Ruang rapat, saat melakukan pekerjaan, dimana saja
Waktu?
Untuk saat ini sesuai kebutuhan
Untuk masa yang akan datang
Motivasi
Ekstrinsik dan terpaksa
Intrinsik dan semangat
Sumber: Braham, 2003


b. Manfaat Organisasi Belajar bagi Manajemen
Stephen robins (2002), mengemukakan bahwa organisasi belajar diperlukan bagi manajemen untuk mengembangkan kapasitas organisasi secara berkesinambungan untuk menyesuaikan diri dan melakukan perubahan . organisasi belajar dapat membantu para manajer dalam proses pengambilan keputusan manajemen, khususnya membuat keputusan-keputusan yang tidak terprogram secara lebih kreatif.
c. kendala implementasi belajar dalam manajemen
Lahteenmaki (1999) menyampaikan beberapa kritik terhadap konsep organisasi belajar yaitu:
Ketiadaan klarifikasi dan multiplisitas dari definisi
Ketiadaan eksplanasi yang rinci tentang implementasi sistem organisasi belajar
Ketiadaan eksplanasi bagaimana mengintregasikan sistem organisasi belajar
Implementasi organisasi belajar mengalami kegagalan yang disebabkan beberapa alasan yang menurut hasil penelitian Lahteenmaki (1999) antara lain:
Kurang mempertimbangkan perasaan ketidakpastian dan kecemasan dari karyawan dalam menghadapi persaingan dan perubahan lingkungan.
Situasi pekerjaan yang kurang kepercayaan.
Kurang umpan balik, motivasi, diskusi, dan pemberdayaan.
Kurang memberikan tanggung jawab bagi seluruh karyawan untuk belajar.
Tidak ada keterkaitan antara organisasi belajar dan strategi SDM.

Hasil Survei Organisasi Belajar di Bank
Karakteristik Organisasi Belajar
Skor Rerata
(IBI)
Skor Maksimal
Dinamika belajar
26.6
40
Transformasi organisasi
26.1
40
Pemberdayaan
25.5
40
Manajemen pengetahuan
25.1
40
Aplikasi teknologi
20.0
40
Sumber: Hasil Survei Organisasi Belajar IBI, Agustus 2003

Berdasarkan hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi belajar belum sepenuhnya di implementasikan di perbankan. Karakteristik organisasi belajar yang meliputi dinamika belajar baik individual dan organisasional, serta transformasi organisasi yang meliputi dinamika belajar baik individual dan organisasional, serta transformasi organisasi yang meliputi visi, strategi, dan budaya organisasi adalah cukup baik.
d. Organisasi dan Pengembangan
Organisasi pengembangan dapat dikatakan sebagai redefinisi dan reinvensi dari organisasi belajar ditentukan oleh dua variabel yang penting, yaitu:
1)penekanan pada pertumbuhan dan perkembangan karyawan
2)dampak pada perbaruan organisasi dan kesiapan kompetitif

Manfaat Organisasi Pengembangan

Manfaat bagi organisasi
Manfaat bagi karyawan
Lingkungan kerja kondusif
Lingkungan dinamis dan proaktif
Karyawan yang kompeten
Belajar seumur hidup
Komitmen karyawan
Kepuasan kerja
Sinergi
Partisipasi lebih besar
Mencapai sasaran dan target
Kesempatan yang sama
Meningkatkan produktivitas dan kinerja
Perbaikan kepercayaan diri
Pertumbuhan berkelanjutan
Kompensasi dan imbalan lebih besar
Perbaikan rencana suksesi dan karier
Semangat kewirausahaan
Meningkatkan kapabilitas organisasi
Perbaruan organisasi dan kesiapan bersaing
Kesiapan pengembangan
Mengatasi depresi karyawan


e.Strategi Implementasi Organisasi Belajar dan Pengembangan
a.Swanson dan Holton (2001) menyimpulkan organisasi belajar sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja dipengaruhi oleh faktor belajar, faktor strategi organisasi belajar, dan faktor inovasi, sebagai berikut:
i.Belajar khususnya perbaikan belajar pada level tim dan organisasi akan meningkatkan inovasi organisasi.
ii.Penerimaan strategi organisasi belajar yang sesuai bagi organisasi untuk memasuki pasar dimana inovasi menjadi penggerak kinerja pokok (key performance driver).
iii.Inovasi diharapkan menghasilkan perbaikan hasil kinerja (performance outcome) yang akan meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi.
Dalam rangka mengimplementasikan organisasi belajar dan pengembangan di perusahhan secara terintegrasi diperlukan analisis kebutuhan pembelajaran dan kompetensi, antara lain apa pembelajaran yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, kompetensi apa yang ingin dicapai serta bagaimana mengukur keberhasilan pembelajaran. Hasil analisis kebutuhan pembelajaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyusun program-program pembelajaran dan implementasinya, kemudian mengukur tingkat keberhasilan serta dampaknya terhadap kinerja peruasahaan.

3. Integrating Instructional Systems Development (ISD) and Performance Technology (PT)

4. Brain-Based Scaffolded Instuction: Sebuah Pendekatan Integratif Dalam Pengembangan Model Pembelajaran Berbantuan Komputer.
Dewasa ini menghadapi dua tantangan. Yaitu tantangan dari adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan dari adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan yang luar biasa. Teknologi pada dasarnya tidak lebih dari sebuah tools atau media. Pemanfaatan teknologi atau media pembelajaran yang tidak tepat hampir pasti tidak akan menghasilkan sebuah lingkungan belajar yang produktif yang menjamin terjadinya better learning.

a. Model Pembelajaran Berbantuan Komputer
Model pembelajaran Gagne didasarkan atas hierarki keterampilan yang diorganisasikan sesuai tingkat kompleksitasnya. Oleh karena itu, rancangan instruksional dibangun secara efisien berdasarkan 9 urutan, yaitu gain attention, identify objective, recall prior learning, present stimulus, guide learning, elicit information, provide feedback, dan assess performance, serta enhance retention. sedangkan Bruner mengklaim bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dimana pembelajar membangun gagasan-gagasan baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
Model pembelajaran tampaknya akan terus diperbaharui bila kita mengamati premis yang ditawarkan oleh bidang Cognitive Science yang memberikan pemahaman-pemahaman baru tentang bagaimana proses belajar terjadi pada setiap individu.
b. Brai Based Scaffolded Instruction.
Teori Vygotsky mengklaim bahwa pembelajaran akan sangat efektif ketika individu belajar ditempatkan dalam sebuah lingkungan belajar yang Supportive dan ketika mereka menerima bimbingan yang sesuai yang dimediasikan oleh “tools”. Tools instruksional ini merupakan sebuah strategi kognitif, seorang mentor, peers, bahan tercetak, atau komputer serta instrumen lainnya yang diorganisasikan untuk menyediakan informasi bagi pembelajar.
Manusia pada dasarnya lahir dengan kemampuan melakukan interpretasi terhadap lingkungan kehidupannya melalui prosessortasi beragam karakteristik objek yang diamatinya kedalam kategori atau klasifikasi. Maka Brai Based Scaffolded instruction seyogyanya dirancang terdiri dari:
1.belajar memerlukan kesiapan pembelajar (emotionally readiness) dalam menerima informasi-informasi baru disamping diperlukannya lingkungan belajar yang kondusif.
2.menyediakan opsi-opsi belajar yang beragam yang tidak saja memungkinkan pembelajar menarik hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan informasi baru yang diterimanya, tetapi lebih dari itu mampu pula mengakomodasi learning preferences yang ada pada setiap individu pembelajar.
3.menyediakan kemudahan belajar secara sekuensial baik melalui proses yang terbimbing maupun belajar secara mandiri dan
4.menyediakan berbagai tugas-tugas yang menantang dan bersifat “ill-problem” sehingga diharapkan mampu menumbuhkan kretivitas dalam memecahkan berbagai masalah yang bersifat kontekstual.
Secara lebih eksplisit model pembelajaran brain-based scaffollded instruction terdiri dari tahapan-tahapan, antara lain:
Gaining Attention, yaitu proses bagaimana membangun ketertarikan dan motivasi dalam belajar.
Menyediakan fasilitas “link” atau “advance organizer” antara pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dengan informasi yang diterimanya melalui pendekatan pemetaan konsep pengetahuan (concept mapping).
Menyediakan kemudahan belajar baik yang bersifat sekuensial dan terbimbing (scaffolded) maupun belajar secara mandiri dengan pendekatan multiple representation (taxt, audio, image, video) yang mampu mengakomodasi kecerdasan jamak yang dimiliki setiap individu pembelajar.
Menyediakan multiple access pada berbagai sumber belajar yang ada di internet dan menyajikan berbagai tugas-tugas yang kontekstual dan bersifat “ ill-problem”.

5. Organisasi Belajar Konsep, Asumsi, Tipologi, dan Kompetensi.
a. Konsep Organisasi Belajar
menurut Peter Sange (1990) Organisasi Belajar adalah organisasi dimana orang-orang secara terus-menerus memperbesar kapasitasnya untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola berpikir yang ekspansif dan baru terpelihara dengan baik, dimana aspirasi kolektif terwadahi, dan dimana orang terus-menerus belajar melihat keseluruhan secara bersama-sama. Pembelajaran organisasi mengajarkan kemampuan untuk menghasilkan dan menggeneralisasikan gagasan baru dengan kuat. Ada delapan asumsi tentang organisasi belajar (Yeung, 1999), yaitu:
1.Organisasi belajar tidak hanya memfokuskan pada belajar tetapi juga memenuhi tujuan.
2.Organisasi belajar mengikuti sebuah logika sistem.
3.pembelajaran organisasi berkaitan dengan pembelajaran individu (tetapi tidak dibatasi oleh pembelajaran individu)
4.pembelajaran merupakan rangkaian kesatuan, mulai dari yang dangkal sampai pada hal substansial (riil)
5.pembelajaran datang lewat kegagalan-kegagalan kecil.
6.pembelajaran sering mengikuti serangkaian proses yang dapat diprediksi.
7.organisasi belajar melalui dua sumber dasar: pengalaman langsung dan pengalaman orang lain.
8.organisasi belajar untuk mencapai dua tujuan dasar mengeksplorasi kesempatan yang ada.
b. Konsep Organisasi Belajar Organisasi.
Karena individu belajar melalui berbagai cara yang berbeda, dipercaya ada beberapa gaya yang berbeda dalam belajar di organisasi. Bagaimana mempelajari empat gaya pembelajaran dasar yang sudah di identifikasi secara empiris, yakni: eksperimentasi, akuisisi, kompetensi, benchmarking, dan perbaikan terus-menerus. Ingat bahwa tipologi pembelajaran menggabungkan dimensi pengalaman langsung dengan pengalaman orang lain dan juga eksplorasi dengan eksploitasi. Seperti ditunjukkan dibawah ini:
Gambar : Tipologi Gaya Pembelajaran Organisasi

Eksplorasi

Akusisi
Kompetensi Eksperimentasi
Belajar dari belajar dari
Pengalaman pengalaman
Orang lain langsung

benchmarking Perbaikan
terus-menerus

Eksploitasi

Gaya pembelajaran 1 : Eksperimentasi
Organisasi belajar dengan cara mencoba gagasan-gagasan baru dan bersedia menerima dan melakukan eksperimentasi dengan proses dan produk baru. Sumber utama pembelajaran adalah konsumen dan karyawan (pengalaman langsung). Mereka melakukan pembelajaran organisasi melalui eksperimentasi terkontrol dengan baik dari sisi atau luar daripada mengeksploitasi pengalaman orang lain.
Gaya Pembelajaran 2 : Akusisi Kompetensi
Organisasi belajar dengan cara mendorong individu dan tim untuk memperoleh kompetensi baru. Belajar adalah sebuah aspek kritis strategi bisnis; yang memusatkan pada pengalaman orang lain dan eksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru.

Gaya pembelajaran 3. : Benchmarking
Organisasi belajar dengan cara menemukan bagaimana orang lain bekerja dan kemudian mencoba mengambil dan mengubah pengetahuan ini kedalam organisasinya sendiri. Pembelajaran berasal dari organisasi yang telah mendemonstrasikan pelaksanaan yang sangat baik atau yang telah mengembangkan praktik terbaiknya dalam proses yang spesifik.
Gaya pembelajaran 4 : Perbaikan terus-menerus
Organisasi belajar melalui perbaikan terus-menerus pada apa yang telah dikerjakannya sebelumnya dan dengan menguasai setiap langkah sebelum berpindah ke langkah baru dalam sebuah proses. Ini adalah organisasi yang mengandalkan pembelajaran dari pengalaman langsung dan juga eksploitasi proses yang ada.
c. Kompetensi pada Organisasi Belajar
Steven Ten Have (2003) menyatakan bahwa manajemen pengetahuan yang berhasil dalam organisasi memerlukan empat kompetensi pembelajaran untuk mengelola arus pengetahuan dalam sebuah organisasi, yaitu:
1.penyerapan pengetahuan
2.penyebaran pengetahuan ke dalam.
3.penciptaan pengetahuan didalam.
4.eksploitasi pengetahuan dalam produk dan jasa.

a.Fenomena Belajar Mandiri
Belajar mandiri merupakan salah satu model yang diterapkan dikelas konvensional. Proses belajar mandiri, memberi kesempatan para peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru.

b. Peran Guru atau Instruktur
proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur, menjadi fasilitator, atau perancang proses belajar . sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi kedalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.

c. Model Belajar Mandiri

1. Belajar Jarak Jauh (BJJ)
BJJ adalah antara siswa dan penyaji materi terpisah oleh jarak, sehingga perlu upaya tertentu untuk mengatasinya. Bagi Malone, (1997, BJJ berlangsung ketika antara penyaji dan peserta didik mempelajari materi ajar yang sudah dirancang khusus untuk itu.

2. Belajar Mandiri di Organisasi : Flexible Learning dan Belajar Berasas Sumber (resource-based Learning).
Selain SBT dan BJJ, istilah flexible learning juga diperkenalkan oleh Malone. Ia menyatakan baik SBT maupun BJJ dapat disebut sebagai flexible learning. Keduanya mengandung aspek keluwesan (flexible). Dorrell menambahkan bahwa flexible learning adalah proses belajar yang memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia, sebagaimana yang dibutuhkan oleh peserta didik.

3. Sistem Belajar Terbuka (SBT)
Sistem belajar terbuka merupakan proses belajar mandiri yang dirancang tanpa mengindahkan prasyarat umum dan akademik, seperti batasan usia, pendidikan sebelumnya, seperti layaknya belajar dikelas konvensional. SBT sebagaimana halnya belajar mandiri, tidak memiliki jadwal dan lokasi tertentu. Dengan demikian seorang siswa dapat dengan leluasa belajar tanpa terganggu atau mengganggu (siswa) orang lain (Malone, 1997: &Dorell, 1993. Namun, SBT memiliki beberapa kelemahan , diantaranya :

Belajar Mandiri : pilihan PBM di kelas

Sekolah tanpa gedung: tidak ada jadwal, jumlah siswa lebih banyak (sekolah)

Belajar terbuka :

Belajar terbuka (open learning) : belajar jarak jauh (distance learning)
Pendidikan untuk orang dewasa Menggunakan jasa telekomunikasi
Dilembaga/organization
Inovasi belajar terbuka

Belajar berasas sumber flexible learning BJJ (generasi ke 3)
( resource based learning)

1. E-Learning untuk Pendidikan Khususnya Pendidikan Jarak Jauh dan Aplikasinya Di Indonesia.
a. Apa itu E-LEARNING?
E-Learning merupakan suatu teknologi informasi yang relatif baru di Indonesia, Terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer.
Karakteristik e-learning antara lain adalah :
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
Memanfaatkan keunggulan komputer
Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan dikomputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya, dan
Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat dikomputer.
b. kelebihan dan kekurangan E-LEARNING
menyadari bahwa internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat diakses secara lebih mudah, kapan saja, dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet. Manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangon, 1999, Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur melalui internet.
Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan.
Siswa dapat melakukan akses di internet jika memerlukan tambahan informasi.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga memiliki kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial.
Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
c. faktor yang dipertimbangkan sebelum memanfaatkan E-LEARNING
a. analisis kebutuhan (need analysis)
b. rancangan instruksional.
c. tahap pengembangan
d. pelaksanaan
e. evaluasi
2. Peranan Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Luar Sekolah
dilihat dari karakteristik Teknologi Pendidikan dan Pendidikan Luar Sekolah (yang didasari oleh andragogi) ternyata cukup banyak persamaan antar-keduanya dan terbukti secara empirik bahwa Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep Teknologi Pendidikan.
Keterkaitan antara Teknologi Pendidikan dan Pendidikan Luar Sekolah

Komponen Pendidikan
Teknologi Pendidikan
Pendidikan Luar Sekolah
Persepsi terhadap sasaran didik
1. ada dua kelompok:
a. individu yang memiliki waktu penuh untuk balajar.
b. individu yang memiliki waktu belajar terbatas.
2. Individu yang :
a. mandiri dan potensial.
b. mampu dan lebih efektif dalam belajar mandiri.
c. unik yang berbeda satu yang lainnya.

1. individu yang:
a. sebagian besar waktunya untuk bekerja
b. mampu mengatur diri
c. mampu dan lebih senang belajar mandiri
d. tidak suka di intervensi dalam menentukan waktu belajarnya.
2. metode pembelajaran yang tepat
Mengutamakan metode pembelajaran non-konvensional, seperti belajar mandiri, dll.
Karena kesibukannya, belajar mandiri kelompok diskusi, jarak jauh dan studi kasus lebih tepat
3. sumber belajar
1. berbentuk media pendidikan seperti : e-learning, media AV, modul, TV, radio dan komputer interaktif.
2. disusun berdasarkan karakteristik peserta didik.
Mengutamakan media pendidikan seperti : e-learning, media AV, modul, TV, radio dan komputer interaktif.


a. masalah implementasi Teknologi Pendidikan dan Pendidikan Luar Sekolah.
1. pemanfaatan media massa.
2. Tutorial
3. Pengembangan program kurang memadai.
4. anggaran PLS.
3. Mengenali Arti, Fungsi. Dan Manfaat Telematika.
a. Ikhtisar dan catatan tentang arti telematika adalah sebagai berikut :
Telemetika adalah sarana telekomunikasi jarak jauh (melalui media elektromagnetik)
Kemampuannya adalah mentransmisikan sejumlah besar informasi dalam sekejap, dengan jangkauan seluruh dunia dan dalam berbagai cara, telepon, musik, gambar.
Konvergensi teknologi juga cenderung menyebabkan konvergensi dalam peralatan pelanggan.
Infrastruktur telekomunikasi yang terdiri dari kabel metalik, serat optik dan sarana radio termasuk satelit dan balon telah mempunyai cakupan seluruh dunia, sehingga jangkauan komunikasi melalui telematika juga seluruh dunia

b. Fungsi Telematika
penyampaian informasi
sebagai sarana kontak sosial dalam hidup bermasyrakat.
teknologi termasuk telematika akan membuat perubahan-perubahan struktural dalam masyarakat.

c. Kaidah-kaidah Operasional tentang Telematika.
Kemampuan penyampaian informasi yang amat besar, menjangkau seluruh dunia dalam sekejap.
Sarana telematika mendukung dan telah merasuk kedalam semua kegiatan belajar, bekerja dan bermain.
Semua aplikasi dan jenis jasa ditujukan kepada pembangunan manusia dan masyarakat seutuhnya.
Kemampuan menjembatani ruang dan waktu sarana telematika dapat meningkatkan aplikasi dan cara kerja dengan cara subtitusi perjalanan oleh komunikasi elektronik.
4. Menjawab Kebutuhan Pendidikan Nasional : Memperluas Akses Pendidikan Melalui Pendidikan Jarak Jauh.
Sistem pendidikan jarak jauh dinilai dapat memberikan kemungkinan untuk dapat menyediakan akses pendidikan yang luas menjangkau seluruh wilayah indonesia, dengan investasi yang relatif lebih murah dibandingkan dengan membuka (beberapa) perguruan tinggi baru, dan lebih cost-effective dilihat dari skala ekonomi pembiayaanya.
Pada umumnya tujuan pendidikan jarak jauh adalah untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada warga masyarakat yang karena berbagai hambatan tidak dapat mengikuti pendidikan secara konvensional (tatap muka)
Beberapa upaya pengembangan yang perlu dilakukan:
Menjadikan program Universitas Terbuka menjadi lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Membina kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah.
Mencapai pengakuan sebagai pendidikan unggulan
Melakukan kerjasama internasional.
Mempunyai rencana jangka panjang untuk mendukung keberlangsungan UT.

5. 25 Tahun SLTP Terbuka
a. tujuan SMP terbuka
sebagai salah satu upaya atau subsistem pendidikan pada jenjang SLTP untuk membantu lulusan SD dan MI yang karena faktor sosial, ekonomis, geografis, waktu, dll. Tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP reguler.
b. Komponen sistem SMP Terbuka
siswa
1)kurikulum
2)proses pembelajaran
3)bahan dan fasilitas belajar
4)tenaga kependidikanpenilaian hasil belajar.
b.Karakteristik siswa
kehidupan sehari-hari
sosial ekonomi
pekerjaan
kepemilikan
lingkungan dan kesehatan
geografis

1. Edukasi Net Pembelajaran Berbasis Internet : Tantangan dan Peluangnya.

a.Internet sebagai media pembelajaran
Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jaringan komputer dan komputer pribadi, yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya bisa melakukan komunikasi satu sama lain (Brace, 1997). Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, karena tak satupun pihak yang mengatur dan memilikinya.
b.manfaat EdukasiNet
siswa dan guru dapat memperoleh sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum.
Guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain dapat melakukan diskusi melalui forum diskusi.
Guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain dapat saling menerima atau mengirim informasi melalui miling list.
Guru dan siswa dapat men-download materi pelajaran yang diperlukan dan,
Sumber beljar dapat diakses darimana saja dan kapan saja.

2. pendidikan untuk semua (PUS) dan semua untuk pendidikan (SUP)

a. Apa Pendidikan?
Pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia kearah yang di inginkan.

b. apa pendidikan untuk semua (PUS)?
Istilah pendidikan untuk semua atau Education For All mulai digunakan pada waktu kawasan Asia Pasifik menyusun progra yang disebut APPEAL (Asia Pasific Programe of Education For All) . ada enam buah tujuan yang harus diraih oleh setiap negara didunia ini menjelang tahun 2000 untuk menyukseskan program Pendidikan untuk Semua, yaitu:
1)Perluasan perawatan anak sejak kecil dan berbagai kegiatan pengembangan termasuk intervensi keluarga dan masyarakat.
2)Kesempatan semesta (universal) akan dan penamatan pendidikan dasar menjelang tahun 2000.
3)Perbaikan hasil belajar sedemikian rupa, sehingga suatu presentase yang disepakati dari kelompok usia tertentu dapat menyelesaikan atau melempaui suatu tingkat hasil belajar yang diperlukan dan dibataskan.
4)Mengurangi tingkat buta huruf orang dewasa sampai umpamanya setengah dari tingkat 1990 menjelang tahun 2000.
5)Perluasan penyediaan pendidikan dasar dan latihan keterampilan esensial yang lain yang diperlukan oleh pemuda dan orang dewasa dengan menilai efektivitas program.
6)Baik perorangan maupun keluarga semakin meningkat pengetahuan, keterampilan dan nilai yang dimilikinya yang diperlukan untuk kehidupan yang lebih baik dan untuk pengembangan yang lebih tepat dan berkesinambungan melalui semua jalur pendidikan.

c. Dua belas Strategi untuk Meraih Tujuan PUS
1.Mengerahkan komitmen politik nasional dan internasional yang kuat bagi PUS, membangun rencana aksional dan meningkatkan investasi yang besar.
2.Mempromosi kebijakan PUS dalam kerangka sektor yang berlanjut dan terpadu baik, yang jelas terkait dengan penghapusan kemiskinan dan strategi pembangunan.
3.Menjamin keikutsertaan dan peran serta masyarakat dalam perumusan, pelaksanaan dan pemantauan strategi-strategi untuk pembangunan pendidikan.
4.Menembangkan sistem pengaturan dan manajemen pendidikan yang dilanda oleh pertikaian, bencana, dan ketidakstabilan.
5.Mengembangkan sistem pengaturan dan manajemen pendidikan yang tanggap. Partisipatori, dan akuntabel.
6.Melaksanakan strategi-strategi terpadu untuk persamaan gender dalam pendidikan yang mengakui perlunya perubahan sikap, nilai dan praktik.
7.Melaksanakan sebagai sesuatu yang mendesak program dan tindakan pendidikan untuk memerangi pandemi HIV/AIDS.
8.Menciptakan lingkungan sumber daya pendidikan yang aman, sehat, inklusif dan adil.
9.Meningkatkan status, moral, dan profesionalisme guru.
10.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi baru untuk membantu pencapaian tujuan PUS.
11.Secara sistematis memantau kemajuan kearah tujuan dan strategi PUS pada tingkat nasional, regional, dan internasional.
12.Membangun diatas mekanisme yang sudah ada guna mempercepat kemajuan kearah pendidikan untuk semua.

3. Aplikasi Teknologi Pendidikan Pada Anak Usia Dini Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Melalui penerapan Model Pembelajaran Sentra untuk Mengembangkan Multikecerdasan.

a. hakikat Pendidikan Anak Usia Dini.
Proses perubahan dalam pendidikan anak usia dini dapat dilakukan melalui proses pembimbingan, pembelajaran dan atau pelatihan yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan agar anak benar-benar dapat memiliki pengetahuan, sikap, dan berbagai keterampilan motorik yang berguna bagi kehidupannya kini dan akan datang. Para ahli psikolog percaya ada empat unsur atau konsep dasar yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu:
1.Teori Pengetahuan
2. Teori Perkembangan
3. Teori Belajar.
4. Teori Pembelajaran.
Aplikasi teknologi pendidikan pada anak usia dini menggunakan pendekatan yang merupakan asas epistemologi TP sehingga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Pendekatan isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu diantaranya : psikologi, komunikasi, pendidikan, sosiologi, antropologi, kesehatan dan keperawatan, gizi, psikologi.
Pendekatan sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam rangka mengatasi permasalahan belajar dalam tumbuh kembang pada anak usia dini.
Pendekatan sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing anak.
Pendekatan sistematik, berupa pengkajian secara menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa dan bahkan aspek spiritual yang harus ditumbuhkembangkan sejak dini.

4. Pendidikan Melalui Seni dalam Pendekatan Pembelajaran Terpadu.
a. peran pendidikan seni
seni merupakan kegiatan manusia yang amat menyenangkan karena didalamnya terdapat kegiatan bermain dan bereksplorasi serta bereksperimentasi dengan menggunakan berbagai unsur seni untuk mencipta suatu hal baru bagi diri mereka.
b. pembelajaran terpadu
karakteristik pembelajaran terpadu :
pembelajaran yang berawal dari adanya pusat minat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala konsep lain, yang berasal dari bidang ilmu yang sama maupun yang berbeda.
Suatu cara untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak secara stimultan.
Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi atau berbagai konsep dalam satu bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak.
Menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak dapat belajar lebih baik dan bermakna.
Berbagai model pembelajaran terpadu telah dikembangkan oleh Forgaty, 1991, seperti:
Model Terkait
Model yang paling sederhana karena menekankan pada hubungan secara eksplisit konsep, prinsip, tugas dalam suatu bidang ilmu yang berkaitan dengan bidang seni.
Contoh:
Unsur warna dalam seni rupa
Sebagai inti kajian

Model Terjala
Model ini menekankan pada hubungan antara dua atau lebih bidang ilmu (seni rupa dengan seni musik atau seni rupa dengan IPA Moral). Melalui tema dan topik.
Contoh:
Laut di Tinjau dari bidang
seni rupa, IPA dan Moral

Model Terpadu
Model ini memadukan bidang ilmu yang lintas disiplin. Pusat minat atau fokus dipilih karena adanya tumpang tindih kompetensi atau konsep antara berbagai bidang kajian.
Contoh :
Pengembangan kompetensi kreatif
Melalui bidang seni rupa, IPS, dan Bahasa Indonesia