WeLCoMe To 1'st Dewi's Blog

WelCome...!!! To My 1'st blog!!!


pendidikan

pendidikan
sangat menyedihkan ya... pendidikan di negara kita...so.. jangan pernah menyia-nyiakan pendidikan yang kita dapat, karena masih banyak di luar sana yang kurang mendapat pendidikan yang layak. semoga pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Selasa, 05 Mei 2009

Proses Pembelajaran di Pondok Pesantren.

Dalam pembelajaran yang diberikan oleh Pondok Pesantren kepada santrinya, sesungguhnya Pondok Pesantren mempergunakan suatu bentuk “kurikulum” tertentu yang telah lama dipergunakan. Yaitu dengan sistem pengajaran tuntas kitab yang dipelajari (kitabi) yang berlandaskan pada kitab pegangan yang dijadikan rujukan utama Pondok Pesantren tersebut untuk masing-masing bidang studi yang berbeda. Sehingga akhir sistem pembelajaran yang diberikan oleh Pondok Pesantren bersandar kepada tamatnya buku atau kitab yang dipelajari, bukan pada pemahaman secara tuntas untuk suatu topik (maudlu’i). Penamaan batasan penjenjangan pun bermacam-macam. Ada yang mempergunakan istilah marhalah, sanah dan lainnya. Bahkan ada pula yang bertingkat seperti Madrasah Formal, ibtida’i, tsanawy dan `aly.Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang dipergunakan untuk menyampaikan ajaran sampai ke tujuan. Dalam kaitannya dengan Pondok Pesantren, ajaran adalah apa yang terdapat dalam kitab kuning atau kitab rujukan atau referensi yang dipegang oleh Pondok Pesantren tersebut. Pemahaman terhadap teks-teks ajaran tersebut dapat dicapai melalui metode pembelajaran tertentu yang biasa digunakan oleh Pondok Pesantren. Selama kurun waktu yang panjang, Pondok Pesantren telah memperkenalkan dan menerapkan beberapa metode: weton atau bandongan, sorogan dan hafalan (tahfidz). Di beberapa Pondok Pesantren dikenal metode “munazharah”. Metode-metode ini dapat diterapkan dalam klasikal maupun non klasikal. Metode Wetonan atau Bandongan. Metode weton atau bandongan adalah cara penyampaian ajaran kitab kuning di mana seorang guru, kyai atau ustadz membacakan clan menjelaskan isi ajaran/kitab kuning tersebut, sementara santri, murid atau siswa mendengarkan, memaknai dan menerima. Dalam metode ini, guru berperan katif, sementara murid bersikap pasif.Metode Sorogan, Dalam metode sorogan, sebaliknya, santri yang menyodorkan kitab (sorog) yang akan dibahas dan sang guru mendengarkan, setelah itu beliau memberikan komentar, penjelasan dan bimbingan yang dianggap perlu bagi santri.Metode Hafalan (Tahfidz), Metode ini telah menjadi ciri yang melekat pada sistem pendidikan tradisional, termasuk Pondok Pesantren. Hal ini amat penting pada sistem keilmuan yang lebih mengutamakan argumen naqli, transmisi dan periwayatan (normatif). Akan tetapi ketika konsep keilmuan lebih menekankan rasionalitas seperti yang menjadi dasar sistem pendidikan modern, metode hafalan kurang dianggap penting. Sebaliknya yang penting adalah kreativitas clan kemampuan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Memang keberadaan metode hafalan ini masih perlu dipertahankan, sepanjang berkaitan dengan penggunaan argumen naqli dan kaidah-kaidah umum. Metode Diskusi (musyawarahlmunazharahlmudzakarah) Metode ini berarti penyajian bahan pelajaran dilakukan dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning. Dalam kegiatan ini kyai atau guru bertindak sebagai “moderator”. Dengan metode ini diharapkan dapat memacu para santri untuk dapat lebih aktif dalam belajar. Melalui metode ini akan tumbuh dan berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis dan logis. Adapun kegiatan mudzakarah dapat diartikan sebagai pertemuan ilmiah yang membahasa masalah diniyah. Kegiatan ini dibedakan menjadi dua macam berdasarkan peserta yang disertakan, mudzakarah yang diadakan sesama kyai dan para ulama dan mudzakarah yang diselenggarakan sesama santri atau siswa, yang keduanya membagas masalah keagamaan.Bila untuk kyai dan para ulama kegiatan ini lebih bertujuan untuk mencari jawaban dan jalan keluar untuk suatu masalah, maka kegiatan yang dilakukan para santri lebih benapa melatih diri dalam memecahkan sesuatu persoalan yang hasilnya kemudian diberikan kepada kyai. Dalam diskusi santri ini, kyai kadang-kadang bertindak sebagai pimpinan diskusi atau biasanya oleh santri senior atau bahkan para santri dibiarkan saja secara mandiri menyelenggarakannya.Sistem Majelis Taklim (musyawarah/munazharah) Metode yang dipergunakan adalah pembelajaran dengan cara ceramah, biasanya disampaikan dalam kegiatan tabligh atau kuliah umum.

Materi Pembelajaran di Pondok PesantrenMateri Pembelajaran yang diberikan di Pondok Pesantren mengacu pada isi materi yang terdapat dalam Kitab kuning, sehingga Pimpinan Pondok tinggal menentukan kitab apa yang harus dipelajari oleh santri. Hal itu juga menggambarkan kompetensi yang harus dicapai santri. kitab yang dipelajari biasanya tidak dilengkapi dengan sandangan (syakl), oleh karena kitab kuning juga kerap disebut oleh kalangan Pondok Pesantren sebagai “kitab gundul.” Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab kuning ini dengan “kitab kuno.”Pengajaran kitab-kitab ini meskipun berjenjang namun materi yang diajarkan kadang-kadang berulang-ulang. Hanya berupa pendalaman dan perluasan wawasan santri. Memang ini menjadi salah satu bentuk penyelenggaraan pengajaran Pondok Pesantren yang diselenggarakan berdasarkan sistem (kurikulum) kitabi. Berdasarkan pada jenjang ringan beratnya muatan kitab. Tidak berdasarkan tema-tema (maudhlu’i) yang memungkinkan tidak terjadinya pengulangan namun secara komprehensif diajarkan permateri pada para santri. Meski diajarkan dengan sistem kitabi tetap terjaga sistematika kitab, berdasarkan pada fan-nya/bidang bahasan. Penjenjangan berdasarkan Kitab yang dipelajari santri, dalam pelaksanaannya di Pondok-pondok Pesantren tidaklah menjadi suatu kemutlakan. Bahkan dapat saja Ponclok Pesantren memberikan tambahan atau melakukan inovasi atau pula mengajarkan kitab-kitab yang lebih populer clan efektif. Adapun alokasi waktu dan mata pelajaran atau kitab yang di ajarkan sehari-hari dapat ditentukan sendiri oleh Kyai atau Uatadz atau yang bertanggung jawab dalam bidana pendidikan dengan memperhatikan keadaan atau kondisi Ponclok Pesantren dari seci penyelenggaraan clan sumber daya manusia.

Masa Pembelajaran di Pondok Pesantren

Dikarenakan terdapat bermacam-macam model dan bentuk Pondok Pesantren yang secara langsung berhubungan dengan model dan bentuk pembelajarannya, maka masa atau lama waktu belajar yang dimanfaatkan oleh para santri selama di Pondok Pesantren menjadi berbeda-beda pula. Selesainya masa pembelajaran adalah jika ia sudah merasa cukup atau kyai menganggap dirinya cukup memiliki pengetahuan agama. Waktu pembelajaran Pondok Pesantren biasanya adalah setelah shalat subuh berjamaah di masjid, setelah shalat `ashar dan setelah shalat `Isya. Pengajian ini dilakukan secara berjenjang atau secara keseluruhan, tergantung metode atau sistem penyelenggaraan yang dilakukan. Sedangkan waktu pagi sampai siang, biasanya diisi dengan kegiatan mandiri atau keterampilan khusus yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren.

sumber : http://uharsputra.wordpress.com/2007/06/08/dunia-pesantren/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar